PESAN UNTUK TUMPEK WARIGA (UDUH/BUBUH).
OM SWASTIASTU. OM AWIGNAMASTU.
Saudara-saudara yang saya banggakan, tepatnya hari Sabtu tgl. 28
September 2013 adalah hari suci Tumpek Wariga. Tumpek wariga bisa juga
disebut; Tumpek Uduh, Tumpek Pengatag, Tumpek Bubuh, mungkin ada nama
lain lagi yang saya belum ketahui. Pada hari itu nanti umat Hindu
melakukan upacara persembahan kehadapan Dewa Sangkara, menyampaikan rasa
syukur karena dengan adanya tumbuh-tumbuhan, manusia bisa hidup di bumi
ini dan juga menyampaikan rasa terima kasih dan kasih sayang kepada
tumbuh-tumbuhan bersaranakan bebantenan. Hari suci Tumpek Uduh merupakan
implementasi dari ajaran Trihitta Karana dan ajaran memanusiakan alam
dan lingkungan.
BEBERAPA MASALAH;
Dewasa ini telah kelihatan adanya gejala umat Hindu melupakan tentang
apa yang harus dilakoni saat tumpek uduh. Alasannya; tidak lagi punya
pohon kelapa. Saya tinggal di BTN dan lain sebagainya, Yang semuanya itu
hanya merupakan wujud nyata ketidak tauan mereka, atau wujud nyata dari
kemalasan. Dengan demikian mereka tidak merasa dosa-dosa telah menempel
di karma mereka. Kasih sayang kepada tumbuh-tumbuhan merupakan bagian
dari meyakini Tuhan. Untuk itu saya melalui tulisan ini menghimbau umat
Hindu dimanapun berada agar melakoni tumpek uduh atau hari-hari suci
yang disesuaikan dengan kemampuan. ya, paling tidak sembahyanglah dengan
mengucapkan syukur kehadapan Tuhan melalui manifestasinya Bhatara
Sangkara.
BANTEN TUMPEK UDUH.
Yang paling sederhana; Canang
yang dihaturkan di merajan dan di salah satu pohon apa saja boleh yang
masih dalam kepemilikan anda, tidak punya pohon yaaa... rumput pasti
ada, di situlah menghaturkan canang dan lanjutkan sembahyang di merajan.
Kalau punya dana, tambahan banten tadi dengan pejati di merajan. kalau
bisa lebih, tambah banten bayuhan , prayascita, durmanggala, tipat
bantal, sasat gantung-gantungan yang berisi bubur, samsam, tepung tawar,
dan jerimpen alit, banten ini untuk di pohon. di merajan tetep pejati.
andaikata banyak dana boleh menghaturkan guling.
Tindak
lanjutnya dari tumpek uduh itu adalah lakoni setiap hari menyayangi
tumbuh-tumbuhan, dengan tidak melakukan penebangan pohon sembarangan,
merabas hutan seenaknya, bagi yang berbuat seperti itu mereka hanya
membayangkan keuntungan dari segi material, namun mereka tidak
memikirkan bahaya bagi saudara-saudara kita yang lain. Terima kasih,
semoga jendela hati kita terbuka sedikit biar bisa sinar suci kesadaran
dari Tuhan masuk meneranginya.
OM, SANTIH, SANTIH, SANTIH, OM
Sumber ; Ida Pedanda Made Gunung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar