Tabanan, 15 Nopember 2009
Ketika melewati daerah pertanian yang sangat luas dan sangat hijau, suasana sejuk nan indah. bentangan persawahan yang luas sejauh mata memandang, keasrian pulau dewata sangat terlukiskan dengan subur dan agraris.
Ditengah-tengah bentang persawahan terlihat garis yang berkelak-kelok dan memancarkan bias cahaya matahari disana mengalir air yang jernih, dingin dan segar sekali, seakan tak pernah lelah mengalir kesetiap petak sawah. Disela-selanya berdiri sebuah Pura Kecil yang disebut dengan Ulun Suwi sebagai tempat pemujaan para petani kepada para Dewa yang menganugerahkan kesuburan tanah pertaniaannya. Namun disisi lain terlihat sebuah bangunan yang mengganggu pemandangan, disudut sebelah sana berdiri bangunan megah yang siap menypa setiap orang asing dari luar nusantara untuk tinggal sementara menikmati keindahan alam pulau dewata ini. Jika noda kecil tersebut dibiarkan berkembang tidak akan lama areal persawahan akan lenyap, habis. Sehingga "Subak" tinggal nama, yang pernah ada di pulau dewata ini. Memang susah untuk kita sadari, maukah kita turun menjadi seorang petani untuk meneruskan warisan budaya kita. seperti apa yang dilakukan oleh leluhur kita dikala itu, mereka tak pernah mengenal lelah, tak memikirkan hasil dulu, hanya dengan prinsip merubah tanah gersang menjadi lahan yang subur dan indah. Mari kita merenung untuk ke depan agar warisan yang luhur tersebut tidak lenyap dari bumi dewata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar